Selasa, 31 Mei 2011

Siklus Estrus


Ternak-ternak betina menjadi birahi pada interval waktu yang teratur, namun berbeda dari spesies satu ke spesies yang lainnya (Frandson, 1993).  Interval antara timbulnya satu periode birahi ke permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus estrus. Siklus estrus pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus, estrus, meteestrus, dan diestrus (Marawali, dkk., 2001). 
Berikut ini adalah konsentrasi hormon dalam darah selama siklus estrus.
Gambar 1. Hormon dalam Darah Selama Siklus Estrus (Anonim, 2008a)
Proestrus
Proestrus  dimulai dengan regresi corpus luteum dan merosotnya progesteron serta melanjut sampai terjadinya fase estrus selama 1-3 hari (Anonim, 2003a ).  Akibat kehilangan hambatan progesteron, GnRH meningkat dan menyebabkan stimulasi LH dan FSH. FSH menyebabkan maturasi akhir folikel yang tumbuh. Folikel yang tumbuh menghasilkan estrogen oleh sel-sel granulosa dan sel theka interna. Fase ini dianggap sebagai fase penumpukan. Dalam fase ini folikel ovarium dengan ovumnya yang menempel membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatan vaskularisasi dan pertumbuhan sel genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi (Frandson, 1993).
Estrus
Estrus didefinisikan sebagai periode waktu ketika betina resepsif terhadap jantan dan akan membiarkan untuk dikawini (Anonim, 2003a). Menurut Frandson (1993), fase estrus ditandai dengan sapi yang berusaha dinaiki oleh sapi pejantan, keluarnya cairan bening dari vulva dan peningkatan sirkulasi sehingga tampak merah.
Lama estrus pada sapi sekitar 12-24 jam (Putro, 2008). Estrus pada sapi biasanya berlangsung selama 12 – 18 jam. Variasi terlihat antar individu selama siklus estrus, pada sapi-sapi di lingkungan panas mempunyai periode estrus yang lebih pendek sekitar 10-12 jam (Anonim, 2003a).  Selama atau segera setelah periode ini, terjadilah ovulasi. Ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan penaikan tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi, folikel membesar dan turgid serta ovum yang ada di situ mengalami pemasakan. Estrus berakhir kira-kira pada saat  pecahnya folikel ovari atau terjadinya ovulasi (Frandson, 1993).
Metestrus
Metestrus adalah fase pasca ovulasi di mana corpus luteum berfungsi. Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya LTH (Luteotropik Hormon) yang disekresi oleh adenohipofisis. Selama periode ini terdapat penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari (Frandson, 1993).
 Selama meteestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel mulai terisi  dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut korpus hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum mulai berubah menjadi jaringan luteal, menghasilkan korpus luteum atau CL. Fase ini  sebagian besar berada dibawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum (Guyton, 1994). Pada masa ini terjadi ovulasi, kurang lebih 10-12 jam sesudah estrus, kira-kira 24 sampai 48 jam sesudah birahi. Metestrus terjadi 2-4 hari pada siklus estrus (Anonim, 2003a).
Diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi, korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata (Marawali, dkk.,2001). Pada sapi dimulai kira-kira sampai hari ke-5 siklus, ketika suatu peningkatan progesteron dalam darah dapat dideteksi pertama kali, dan berakhir dengan regresi corpus luteum pada hari 16 dan 17 (Anonim, 2003a).
Berikut ini adalah keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi selama siklus estrus.
Gambar 2.  Keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi selama siklus estrus. (Anonim, 2007)


Referensi :
Anonim.  2003a. Fisiologi Reproduksi ternak 1. Bagian Reproduksi dan Kebidanan FKH UGM. Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Marawali, A., M.T. Hine, Burhanuddin, H.L.L. Belli. 2001. Dasar-dasar ilmu reproduksi ternak. Departemen pendidikan nasional direktorat pendidikan tinggi badan kerjasama perguruan tinggi negeri Indonesia timur. Jakarta.
Putro, P., P. 2008. Teknik Sinkronisasi Estrus Pada Sapi. Bagian Reproduksi dan Obstetri. Universitas Gadjah Mada.

Senin, 30 Mei 2011

Gelombang Folikel Sapi

Perkembangan folikel di dalam ovarium merupakan proses yang berkesinambungan dan tidak hanya melibatkan satu folikel saja dalam siklus estrus tetapi sekelompok folikel, sehingga dianalogikan dengan gelombang folikel. Gelombang folikel didefinisikan sebagai perkembangan folikel dengan diameter 4-5mm dalam jumlah besar secara serentak (Maidaswar, 2007). Pertumbuhan folikel terdiri dari 3 proses yang terpisah yakni recruitment, seleksi dan dominan folikel. Recruitmen adalah proses dimana kelompok folikel mulai tumbuh di atas diameter 4 mm. Suatu folikel diseleksi dari kelompok folikel untuk mengalami pertumbuhan menjadi folikel dominan sedang yang lain menjadi folikel subordinat. Folikel dominan terhindar dari atresia, menghambat rekruitmen kelompok folikel baru dan memperoleh kemampuan untuk mencapai ovulasi. Jika folikel dominan berkembang pada fase folikuler, maka folikel tersebut akan ovulasi. Folikel dominan yang berkembang selama fase luteal siklus estrus, akan mengalami regresi disebabkan ketiadaan level LH preovulatori
Beberapa peneliti melaporkan bahwa dalam satu siklus hanya ada dua gelombang perkembangan. Dibawah ini adalah gambar perkembangan folikel yang terjadi 2 gelombang selama siklus estrus.

Gambar 1. Dua Gelombang Folikel Selama Siklus Estrus(Anonim, 2001b)
Gelombang pertama hari 1 - 12 dan kedua hari 13 - 21.   Peningkatan jumlah folikel antrum besar (diameter lebih dari 5 mm) terjadi pada hari 1 - 18, sementara peningkatan kecepatan atresia folikel-folikel besar lainnya terjadi pada hari 7 - 15 siklus estrus. Peneliti lain melaporkan bahwa pola paling umum adalah 3 gelombang (Putro, 2008). Berikut ini adalah skema 3 gelombang folikel yang terjadi selama siklus estrus.

Pada 3 gelombang, gelombang pertama hari 1 - 8, kedua hari 9 - 13, dan ketiga hari 14 - 21. Mendekati proses ovulasi juga terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan dari folikel-folikel antrum kecil menjadi folikel-folikel yang lebih besar, seiring dengan peningkatan kecepatan atresia folikel-folikel besar. Laporan lain menyebutkan perkembangan folikel dominan terdiri dari kurang lebih 70% dua gelombang pertumbuhan dan sisanya 30% tiga gelombang atau lebih pada sapi perah dan sapi potong.  Pemahaman pola perkembangan folikel diperlukan dalam mengatasi permasalahan respon yang bervariasi pada perlakuan sinkronisasi estrus pada sapi (Putro, 2008).

Gambar 2. Tiga Gelombang Folikel Selama Siklus Estrus (Anonim, 2005)

Referensi :

Anonim, 2001b.http://cal.vet.upenn.edu/projects/fieldservice/Dairy/REPRO/.html
 Maidaswar. 2007. Efisiensi Superovulasi Pada Sapi Melalui Sinkronisasi Gelombang Folikel Dan Ovulasi. IPB. Bogor
Putro, P., P. 2008. Teknik Sinkronisasi Estrus Pada Sapi. Bagian Reproduksi dan Obstetri. Universitas Gadjah Mada.